Perekonomian Pegunungan Bintang Pada Masa Pandemi Covid-19

Edy Sitokdana, Dok. Pribadi Untuk Tribunpapua.id

Oleh Edy Sitokdana)*

Pengantar

Perkembangan globalisasi dan modernisasi ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di berbagai Negara, termasuk Indonesia dan lebih khususnya di Kabupaten Pegunungan Bintang. Mulai sejak hadirnya Kabupaten pada tahun 2003, pembangunan gencar dilakukan dan ekonomi pun turut berkembang, contoh riilnya adalah berkembangnya  ruko-ruko, kios-kios, warung makan, konter pulsa, pasar, dan sebagainya. Namun faktanya aktor-aktor perkembangan perekonomian tersebut didominasi oleh orang luar.  Daya saing kita orang asli sudah semakin lemah. Orang asli Pegunungan Bintang cenderung konsumtif,  yang mestinya sebagai tuan rumah atau pemilik negri harus berperan sebagai produsen dan distributor.  Kehadiran Otonomi Khusus (Otsus) juga tidak memberikan dampak positif bagi orang asli Papua di Pegunungan Bintang.

Saya sendiri melihat ruko-ruko yang di sekitar Kota Oksibil sebagai pusat perputaran perekonomian sekaligus cermin Pegunungan Bintang semua pemiliknya orang asli tetapi semua disewakan kepada orang luar. Termasuk di pasar, pemerintah sudah menyediakan fasilitas pasar tetapi belum dikelola baik. Mestinya orang asli punya hak yang sepenuhnya untuk menempati dan menjalankan perekonomian dengan baik, tetapi karena kurangnya pengelolaan dan perhatian dari Pemerintah sehingga semua mulai didominasi oleh orang luar.  Beberapa faktor yang membuat orang asli kalah saing dengan orang luar karena  orang asli tidak memiliki modal yang cukup, yaitu modal uang, modal skill, modal mental usaha, dan modal fisik. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian pemerintah dengan kebijakan yang pro perekonomian orang asli setempat.

Disisi lain, Orang asli Pegunungan Bintang masa kini mayoritas tergantung pada produk impor, seperti beras, supermi, gula, garam, dsb.  Sudah menjadikan barang impor sebagai bahan pokok di bandingkan dengan Boneng (ubi) dan Sayur. Pengaruh dari ketergantungan terhadap barang impor membuat orang Pegunungan bintang yang dikenal sebagai orang pekerja keras untuk menghidupi dirinya dan sesama sudah tidak terlihat lagi di masa kini.

Dampak Covid 19  Terhadap Perekonomian

Pembatasan akses transportasi udara dan aktivitas masyarakat pada masa Pandemi Covid 19 ini turut mempengaruhi perekonomian Pegunungan Bintang.  Mengingat transportasi satu-satunya Pegunungan Bintang adalah transportasi udara. Hanya dengan transporatasi udara proses pengiriman barang bisa dilakukan. Pengaruhnya para penjual sembako mengalami hambatan pengiriman barang. Disisi lain, para pedagang tentu mengalami kerugian karena barang-barang tertentu tidak ada pembeli, permintaan semakin menurun dan penjualan pun akan berkurang,. Transportasi di batasi sehingga barang yang sudah ada sejak beberapa bulan yang lalu akan kada luarsa dan akan menyebabkan kerugian yang besar bagi pengusaha, dan juga mempengaruhi export barang dari kabupaten keluar daerah begitupun dengan yang ada di pedalaman-pedalaman Pegunungan Bintang.

Solusi Peningkatan Perekonomian  Pada Masa atau Pasca Covid- 19  Usai

Berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia tentang perubahan alokasi anggaran APBD untuk penanggulangan Covid 19 di masing-masing Kabupaten/Kota maka  Pemerintah Pegunungan Bintang mesti mengambil berbagai kebijakan yang tepat. Misalnya mendorong masyarakat membuka lahan perkebunan di seluruh 277 kampung. Untuk itu, Pemerintah Daerah memberikan peralatan kerja dan bibit tanaman. Tugas Pemerintah Kampung bertanggung jawab untuk mengkoordinir dan memastikan masyarakat masing-masing kampung bekerja.  Supaya pada masa atau pasca pandemi masyarakat tidak mengalami kelaparan. Disisi lain untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap barang impor.

Disamping itu,  Pemerintah mesti mendorong orang asli yang potensial untuk turut berkontribusi dalam perekonomian daerah. Perlu difasilitasi dan diberikan modal untuk usaha. Kegiatan pelatihan, pendampingan wirausaha harus digalakan terus sampai orang asli benar-benar mandiri mengendalikan perekonomian dan suatu kelak bisa bersaing dengan orang lain .

 

Penulis: Edy Sitokdana, Mahasiswa Asal Pegunungan Bintang  Yang Sedang Berstudi  di  Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Portnumbay Jayapura

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *